Sekilas Pemikiran Al Faraby
Abahe Ramona
07.55
0
Pemikiran Al Faraby sebenarnya mudah dipahami seandainya kita
(mahasiswa jurusan Aqidah & Filsafat) dapat mengembalikan kepada
apa-apa yang dipikirkan pada masa lampau. Pada masa lampau, terdapat
kepercayaan yang bersumber dari cerita-cerita Israiliyat maupun
tradisi-tradisi Non Kitabiyah (seperti Majusi di Timur dan Mesir di
Timur, Hindhu di India, ataupun Filsafat di Yunani).
Waktu
itu paradigma pengetahuan tidak memisahkan antara aspek keilmuan &
keyakinan. Ada tata rotasi disertai kepercayaan-kepercayaan yang melekat
pada pergerakan perbintangan. Pergerakan bintang diyakini selalu
mengikuti pergerakan bintang di atasnya. Sehingga tak mengherankan,
ramalan-ramalan selalu melibatkan sistem perbintangan. (yang dinamakan
sebagai ilmu Nujum).
Setelah masuknya Filsafat Yunani
melalui terjemah-terjemahan yang dilakukan timbul lah istilah-istilah
dalam bahasa arab, seperti kata " 'Aql " (Akal). Akal lebih mudah
dipahami apabila meyepadankan kata ini dengan kata "Nous". Karena Nous
& Akal mempunyai prinsip pengaturan & ketetapan, ataupun prinsip
tautologisme dalam kesemestaan. Sehingga Al Faraby menyusun Aql satu
sampai dengan 'Aql kesepuluh untuk menghubungkan antara maddah (materi)
& Allah.
Penyusunan Akal sampai sepuluh tingkat,
dikarenakan belum berkembangnya astronomi modern yang telah
memperkirakan luas kesemestaan sampai milyaran tahun cahaya. Saat itu
ilmu pengetahuan hanya mencapai "radius" galaxy Bimasakti, dengan Bumi
sebagai pusatnya. Diperkirakan jumlah 10 itu adalah kalkulasi
benda-benda yang mengitari bumi.
Dulu, siklus kehidupan
bumi dipercaya mempunyai keterkaitan dengan siklus matahari, bulan, dan
bintang-bintang yang mengelilinginya. Bahkan, jatuhnya bintang (saat ini
disebut sebagai meteor), diyakini mempunyai pesan-pesan kejadian masa
depan yang dapat dilihat hanya kepada orang-orang tertentu. "Matahari"
& "Bintang-bintang" selalu ditempatkan pada entitas lebih tinggi
dari bumi& pergerakan-pergerakannya menentukan kejadian-kejadian di
bumi, walaupun bumi dipercaya sebagai pusat peredaran semesta. "Prinsip
Gerak yang Menentukan" ini, maka dalam pemikiran Faraby disebut sebagai
Akal.
Aql/Nous Sebagai Prinsip Pengatur atau Prinsip
Penetap mempunyai hukum tetap untuk mengatur pergerakan-pergerakan.
Penggerak itu dalam istilah bahasa arab digunakan kata Ruh. kata ruh
sebagai istilah filsafat tidak mempunyai padanan dalam istilah filsafat
Yunani.Tetapi "ruh" mempunyai padanan dengan istilah "penggerak". Ruh
merupakan Penggerak yang bergerak didasarkan pada 'Aql (prinsip
penggerak). Dan semua benda mempunyai Ruh. Semua benda mempunyai
tingkatan berdasarkan pada perbedaan prinsip gerak/Nous-nya, yaitu;
1. Manusia,
2. Hewan,
3. Tumbuhan,
4. Materi-materi Non Organis.
Oleh
karena itu, manusia sebagai makhluk paling utama di muka bumi, karena
ia mempunyai ruh dengan tingkatan paling atas di antara semua makhluk
hidup yang ada di bumi.
Manusia juga memiliki kadar
perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tergantung pada penggerak
(ruh)nya. Ruhnya yang paling dekat dengan langit lah yang mempunyai
derajat keutamaan lebih mulia daripada yang lainnya, karena ia lebih
dekat dengan Allah daripada lainnya. Ruh ini dipunyai oleh para anbiya'
dan para wali. Sedangkan Ruh yang paling rendah adalah ruh para tukang
maksiyat, karena ia mempunyai banyak persamaan dengan ruh (penggerak)
binatang, yaitu hanya digerakkan oleh insting produktif (sex), dan
insting bertahan hidup.
-------------------------------------
Beberapa Koreksi Dalam Pemikiran Al Faraby:
1. Pemikiran Al Faraby hanya didasarkan pada upaya Spekulatif.
2.
Upaya Spekulasi yang dilakukan didasarkan pada asumsi-asumsi yang
terambil dari filsafat Yunani maupun Mitos tentang Alam Semesta yang
tidak lagi sesuai dengan Penemuan Sains Modern.
3. Tidak ada argumentasi yang terambil dari al Qur'an, bahkan banyak yang bertentangan dengan al Qur'an. yaitu;
a. Allah disifatkan tetap, tidak berubah padahal Allah itu Maha Berkehendak, Pencipta (khlq-baadi')
b. Adanya Prinsip Penggerak bertingkat bertentangan dengan al Qur'an,
karena tidak ada dalil satu pun yang menunjukkan adanya penggerak
bertingkat. Prinsip gerak dari al Qur'an didasarkan atas Kehendak Allah
tanpa melalui sunnatullah maupun melalui sunnatullah yang berlaku
(melalui proses sebab akibat yang melibatkan banyak faktor kesemestaan
didalamnya).