Select Menu
Select Menu

Favourite

Jawa Timur

Wisata

Donasi Untuk Palestina

Culture

Transportasi Tradisional

Rumah Adat

Bali

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » » NYI RORO KIDUL


Abahe Ramona 02.28 0




Kultus Terhadap Nyai Roro Kidul
Legenda Nyi Roro Kidul merupakan mitologi terbesar sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Bahkan dapat dikatakan bahwa daerah pesisir itu identik dengan sosok Nyi Roro Kidul. “Laut Selatan” diasosiasikan dengan tokoh legenda tesebut. Kepercayaan ini tak hanya hinggap di benak masyarakat,  melainkan diteguhkan dengan ragam tradisi-tradisi yang khusus dipersembahkan kepada sosok ini.
Para Raja Kraton di Jawa pun sering dihubungkan dengan sosok ini. Menurut legenda, nyai Roro Kidul ini bersuamikan para raja yang memerintah Pulau Jawa. Panembahan Senopati dan Sultan Agung bahkan diceritakan dalam Babad Tanah Jawi menikah dengan Nyai Roro Kidul, begitu juga para keturunannya baik dari Kraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta sampai saat ini.[1]
walaupun ada hal yang aneh dalam mitos ini, seorang anak tidak hanya mewarisi jabatan raja dari ayahnya, melainkan juga mewarisi istrinya sekaligus. Terdapat beberapa tempat yang dipercaya khusus untuk bertemu langsung dengan Nyai Roro Kidul. Di bagian tengah Kraton Surakarta, misalnya, terdapat sebuah bangunan berasitektur Belanda-Jawa, yang dinamakan dengan Sangga Buwana,  dipercaya sebagai tempat pertemuan Raja dan Sang Ratu Kidul.[2] bahkan, terdapat hotel mewah di salah satu dekat Pantai Selatan yang menyediakan ruangan khusus bagi Ratu.
Walau raja tak lagi berkuasa sebagaimana zaman dulu, dan Kini berganti pada sosok Presiden maupun Gubernur dalam sistem politik Demokrasi Presidensiil, tapi kepercayaan tersebut masih melekat, bahwa Ratu Kidul bersuamikan raja Kraton, (bukan bersuamikan presiden RI atau Gubernur Jawa Tengah), walau raja Kraton hanyalah simbol raja budaya belaka, tak lagi mempunyai kekuasaan politis apapun. Kraton dipertahankan dalam sistem Politik saat ini, bukan karena ia masih dibutuhkan pada saat ini, melainkan ada aspek culture-historis kenapa kraton mesti dipertahankan.
Karena penghormatan berlebih pada sosok ini, maka banyak orang yang tidak mau menyepadankan sosok ini dengan sosok hantu lainnya. Walau sebenarnya tak ada perbedaan sama sekali antara Hantu dan Nyai Roro Kidul. keduanya sama-sama sosok yang selalu dikatakan menakutkan, menguasai daerah tertentu, butuh sesaji untuk penghormatan terhadap mereka, dipercaya sebagai makhluk ghaib, dan sebagainya. Tak ada perbedaan apapun dengan jenis hantu lainnya, perbedaannya hanya terletak pada kualitas pengkultusannya.
Kultus terhadap dewi ini ditransmisikan dari zaman ke zaman sejak berabad-abad silam. Legenda Nyi Roro Kidul ini sering diceritakan kepada para anak-anak Jawa, bahwa di Pantai Selatan sana berkuasa seorang Ratu yang menguasai lautan Luas. Apabila ada angin kencang, maka hal itu menandakan sang Ratu lewat. Tak ayal, pengaruh pendidikan yang salah itu merasuk ketika mereka dewasa. Mereka begitu takzhim apabila mereka berada di lautan selatan. Mereka tak boleh sembarangan dan (apalagi) memakai baju berwarna hijau, karena Ratu sendiri berpakaian hijau. Jadi tak mengherankan apabila di Pantai Selatan Jawa, kita jarang menemukan ornag yang berpakaian hijau. Karena itu hal yang tabu dilakukan apabila orang berkunjung disana.[3]

A.                 Legenda Nyai Roro Kidul
Menurut Kisah, Ratu Kidul ini adalah anak seorang raja Pajajaran yang bernama Dewi Kadita. Karena pengaruh jahat dari ibu tirinya yang memusuhinya karena dengki dan mengamankan tahta kerajaannya bagi anak lelaki, ia pun mengirim guna-guna.. Akibat guna-guna tersebut bagian kulit Dewi Kadita dibuat “hancur”. Putri cantik tersebut menderita suatu penyakit kulit akibat ilmu hitam. Tak tahan dengan penderitaannya, maka Ratu menjatuhkan diri di Laut Selatan, lalu seketika itu kulitnya langsung sembuh dan wajahnya menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Maka, segera lah sang putri menguasai segala makhluk yang ada di sana, dan berkuasa dengan sebutan “Ratu Kidul”.[4]
Kisah ini tidak hanya hidup pada tradisi oral, bahkan kisah tentang Ratu Kidul ini diceritakan oleh Kitab Sejarah orang Jawa, yaitu Babad Tanah Jawa. Didalamnya berisi rangkaian sejarah para sejarah yang bercampur dengan mitos-mitos yang bertentangan dengan hati dan fikiran orang yang hidup pada masa kini.
Selain legenda tersebut, juga ada legenda dalam versi lainnya. yaitu diceritakan seorang yang bernama Joko Suruh,  seornag Pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang bertemu dengan Seorang Pertapa perempuan yang sangat rupawan. Perempuan tersebut tak lain dan tak bukan adalah bibi Joko Suruh sendiri, yang bernama Ratna Suwinda. Melihat kecantikannya, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya, tetapi cintanya ditolak oleh Ratna Suwinda, dan mengatakan kepadanya bahwa Jika keturunannya kelak berkuasa di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi para keturunan yang berkuasa di daerah itu.[5] Maka dengan berdirinya Kerajaan Mataram di Kotagede (Sekitar 25 km garis lurus dari puncak Gunung Merapi), maka saat itu juga Nyai Roro Kidul menikahi para raja keturunan Joko Suruh. Dari Panembahan Senopati sampai para raja kraton saat ini.
Dalam mitos tentang Ratu Kidul ini terdapat beragam versi, termasuk mitos yang menyatakan bahwa yang di Laut Selatan berkuasa dua ratu, yang jahat dan yang baik. Yang pertama adalah Nyai Ratu Kidul dan yang kedua adalah Nyai Roro Kidul. Ratu Kidul diceritakan sebagai Penguasa sebenarnya, sedangkan Nyai Roro Kidul adalah seorang putri jahat yang mempunyai kekuatan, dan sanggup melawan Ratu Kidul. dalam versi ini, sesama makhluk mitos bermusuhan satu sama lainnya, seperti Preman yang memperebutkan lahan parkir. Entah apapun versinya, sebagai seorang beragama semestinya percaya bahwa Penguasa Laut Selatan bukan lah Ratu atau Nyai Roro Kidul, melainkan Allah Swt sendiri, yang kekuasaanNya tak terbatas.

B.     Karakter Umum Legenda Cerita Rakyat
Sudah tentu Legenda tentang Nyai Roro Kidul ini, satu diantara puluhan Legenda yang hidup di Indonesia. Syarat dengan cerita-cerita yang sangat sulit diterima oleh akal sehat. Seperti Legenda Tangkuban Perahu, dimana menceritakan tentang seorang anak yang akan menikahi ibunya dengan syarat membuat perahu. Setelah perahu terbuat, tetapi ibunya membangunkan ayam tanda hari sudah pagi, maka si anak itu marah lalu melempar perahu hingga terterungkup, lalu jadilah gunung seperti terungkupnya perahu, yang dinamakan sebagai Tangkuban Perahu.[6]
Mitos lainnya hampir serupa, seperti legenda terjadinya Gunung Batok, yang menceritakan kisah tentang Seorang raksasa yang akan menikahi seorang putri, lalu dibuatlah syarat membuat gunung dengan hanya menggunakan batok, lalu dengan siasat sang putri membangunkan ayamnya, lalu sang raksasa marah lalu ia melemparkan batok, hingga terterungkup maka terbentuklah sebuah gunung bekas lemparannya itu yang juga dinamakan Gunung Batok.[7] Legenda lainnya dapat dilihat seperti Legenda Candi Prambanan. Dalam legenda itu diceritakan, tentang seorang raja yang akan melamar seorang putri, tetapi putri itu membuat syarat membangun seribu candi dalam waktu satu malam.. Karena dengan siasatnya pula, sang pelamar gagal membuatkan seribu candi, lalu marah dan mengutuk sang putri hingga menjadi patung.[8]
Tak jelas mengapa Legenda-legenda tersebut mempunyai persamaan satu sama lainnya. yaitu bercerita tentang seorang putri cantik yang menolak lamaran seorang laki-laki dengan membuat sebuah syarat tertentu. Mitologi diperlukan waktu lampau, karena ilmu pengetahuan belum tersistematisasikan sebagaimana saat ini, sehingga spekulasi yang berkembang diterima mentah-mentah, dan dapat menjadi informasi yang sah.[9] Mitologi tentang terjadinya alam semesta di Kitab Perjanjian Lama, misalnya, juga mengandung cerita spekulasi terjadinya alam semesta berdasarkan perkiraan penulis kitab tersebut, seperti tertera dalam Kitab Kejadian Pasal 1 ayat 1-14. Tetapi, legenda sebagaimana umumnya yang terdapat di Indonesia banyak yang menceritakan tentang kisah putri Raja. 
Dalam sejarah Raja yang berkuasa di Jawa tempo dulu, kedudukan putri sangat berarti. Ia sering diasosiasikan oleh para rakyat jelata, sebagai seorang putri tak tersentuh dan sering diasosiasikan dengan kecantikan dan kecerdasan. Putri Raja yang Cantik juga mempunyai kedudukan politis, ia dapat dijadikan penghubung dengan penguasa lainnya melalui jalur pernikahan. Dulu Raja menikahkan putrinya tidak dengan rakyat jelata sebagaimana kisah Aladin, melainkan dengan sesama anak raja atau setidaknya dengan pejabat Istana yang mempunyai kedudukan. Walaupun tidak diatur dalam kasta yang jelas sebagaimana dalam masyarakat Hindu di India, tetapi kasta-kasta tersebut terjadi secara alami. Sosok Ratu Kidul yang dulu bernama Dewi Kadita juga mempunyai cerita yang hampir sama, dimana ia banyak dilirik oleh para pangeran untuk dapat dijadikan sebagai istrinya.
Menurut mitos yang hingga kini berkembang, Nyai Roro Kidul dalam memerintah sebuah Kerajaan Ratu Kidul, berdasarkan sistem hirarki atau mempunyai struktur pemerintahannya sendiri, lengkap dengan Mahapatih, Perdana Menteri, Pejabat Kerajaan beserta para Prajuritnya. Nyai Roro Kidul juga dipercaya sebagai Ratu yang menciptakan kehidupan yang sejahtera, sentosa dan makmur bagi rakyat yang hidup di Tanah Jawa (Mataram) seperti ikrarnya semula.[10] Walaupun kita agak mengernyitkan dahi soal ini, busung lapar, merajalela disertai penyakit dengan kualitas hidup yang sangat rendah, jutaan Wanita di Jawa terpaksa menjadi TKW di Luar Negeri, sedangkan segelintir orang menikmati kekayaan Negara yang berlimpah ini dengan hidup dalam perumahan mewah, hasil dari struktur negara yang tidak adil. Ribuan ritual terhadap Nyai Roro Kidul pun takkan mampu membuat rakyat kita hidup lebih makmur. Negara Makmur di Eropa pun tak lagi membutuhkan sosok Nyai Roro Kidul, tetapi kehidupan mereka jauh lebih makmur daripada di Jawa.
Hanya karena kualitas kehidupan kita yang kekurangan ini lah yang memungkinkan kita untuk merindukan sosok “Ratu Adil” yang akan memerintah dengan penuh adil, cinta kasih dan akan membawa ummat manusia pada kesejahteraan. Kerinduan itu berwujud pada imajinasi dan keinginan kolektif bawah sadar tentang Penguasa ideal, yaitu keturunan raja masa lampau, yang mempunyai wajah rupawan, cerdas, dan adil, yang akan membawa kemajuan bagi Tanah Jawa.
Tidak diketahui secara persis bagaimana mitos itu diyakini oleh hampir semua orang Jawa awam. Acara labuhan-labuhan dengan skala besar yang melibatkan ratusan orang dan ditonton oleh ribuan orang seringkali terjadi di Laut Selatan, terutama pada peringatan tahun baru Jawa yang dikenal dengan Malam Satu Suro. Daerah-daerah pantai ternama di Jawa selalu disibukkan dengan ritual ini. Dari Parangtritis, Parangkusumo, Pantai Cilacap hingga Pantai Pangandaran. Para orang yang terlibat dalam acara tersebut terlihat syahdu menghayati makna ritual mereka. Mereka melabuhkan beragam sesajen dan melarungkannya ke Laut, sebagai bentuk sembahan terhadap Sang Ratu.

C.                Perbandingan Antara Laut Selatan & Segitiga Bermuda
Laut Selatan di jiwa masyarakat Jawa sebagaimana Segitiga Bermuda yang terpatri dalam jiwa orang Amerika tengah. Segala bentuk ketakutan dan ketakjuban akan Laut Selatan ini mempunyai banyak kemiripan dengan penduduk Amerika Tengah terhadap legenda Segitiga Bermuda.
Segitiga Bermuda merupakan daerah di Selatan Negara Bagian AS, Florida, atau terletak di Samudra Atlantik. Dikatakan sebagai segitiga (Triagle) karena Segitiga Bermuda adalah wilayah yang membentuk segitiga dengan tiga titik di Miami, Bermuda dan Puerto Rico. Tetapi ukuran luas wilayah segitiga itu bervariasi, dari 500 ribu mil persegi[11] bahkan menurut versi lainnya tiga kali lipat dari luas tersebut. Jadi titik-titiknya pun sama, yaitu Azores, Teluk Meksiko dan Hindia Barat.
Beda orang, berbeda versi, itulah hukum mitos. Karena mitos tidak dibangun atas premis yang benar-benar meyakinkan sebagaimana sains. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, bahwa telah banyak pesawat dan kapal yang menghilang secara misterius di tempat ini. menurut Mitos, tiap penerbangan atau kapal yang melintasi daerah ini kemungkinan akan menghilang. Menurut mitos juga, ribuan kapal dan pesawat terbang telah mengalami kecelakaan di daerah ini. padahal perkiraannya “hanya” 200-1000 insiden dalam rentang waktu selama 500 tahun, atau sejak masa Columbus. Atau sedikitnya rata-rata hanya sekali kecelakaan dalam rentang waktu 2 tahun.
Karena daerah ini mempunyai kerentanan tinggi terhadap bencana, maka mitos tentang kecelakaan ini selalu dihubungkan pada hal-hal yang bersifat misterius, dan terkesan dibesar-besarkan. Banyak teori yang diberikan untuk memperjelas misteri yang dikatakan luar biasa tersebut. Sudah tentu teori itu dibangun berdasarkan asas spekulasi. Dari makhluk luar angkasa jahat, residu kristal, sampai pada medan magnet yang aneh. Sedangkan para ilmuwan dari kalangan skeptis lebih memilih beragam variabel alami, seperti Cuaca, lingkungan fisik wilayah tersebut, angin topan, gempa dan tsunami, gelombang tinggi, bajak laut, sampai ketidakmampuan navigasi.[12]
Selain karena kemungkinan yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat alami tersebut, sebagaimana telah diuraikan di atas, jumlah kecelakaan di daerah ini tidak lah begitu fantastik, mengingat ukuran luasnya lokasi, banyaknya jumlah lalu lintas, dan banyaknya kapal yang diyakini menghilang di daerah ini, tidak semuanya yang telah diidentifikasi berada di daerah ini.  legenda tentang Segitiga Bermuda ini sebenarnya tidak lah dimulai berabad yang lampau, melainkan legenda yang muncul baru saja. Diperkirakan sejak tahun 1945 atau ketika akhir perang Dunia II, dimulai sejak lima pesawat AU menghilang secara misterius di daerah ini. seketika itu, banyak cerita yang berkembang menyatakan bahwa kelimanya “disedot” oleh sebuah kekuatan yang bersumber dari dalam Laut. Sebenarnya banyak teori lain yang menyatakan bahwa pesawat tersebut tidak dilengkapi dengan instrumen navigasi, kehabisan bahan bakar dan ketidakmampuan peserta latihan militer tersebut mengendalikan pesawatnya.
Itulah mitos, yang berkembang dari satu telinga ke telinga yang lain. Dan kemungkinan diberikan bumbu yang sedap, maka diperoleh sebuah kesimpulan yang “sedap” untuk diperdengarkan untuk orang lain. Semakin misterius, maka semakin menarik. Dan menurut ukuran orang awam, mereka lebih memilih untuk mendengarkan hal-hal yang bersifat fantastik daripada penjelasan “konvensional” belaka. Akibat cuaca atau hal lain yang bersifat alami tidak lah menarik perhatian banyak orang. “bumbu” itu lalu menjadikan cerita lezat siap saji, dan dikuatkan pada komunitas, diteguhkan dan disebarluaskan oleh media Massa demi keuntungan publikasi.
Lautan memang menimbulkan suatu getaran jiwa yang hebat pada manusia. Lautan kumpulan air yang sangat luas bagaikan tak berujung. Suatu hal yang besar yang mampu menghadirkan ketakjuban terhadap setiap orang. Legenda tentang Hantu Laut tak hanya terjadi di Jawa belaka, di Sulawesi, di Jepang, bahkan di Dunia Barat sekalipun. Lautan selatan memang jauh lebih dahsyat dan menghadirkan getaran dari Laut utara Jawa. Lautan Selatan Jawa adalah Samudra sangat luas yang dinamakan sebagai Samudra Hindia. Gelombang Lautan di Selatan Jawa berupa ombak sangat besar, dan pantainya palungan dengan curam yang sangat dalam, sehingga tak mengherankan apabila dijumpai banyaknya “tumbal Roro Kidul”.  hal seperti ini lah sangat memungkinkan orang untuk menerima mitos tentang Nyai Roro Kidul lebih mudah.

D.            Kepentingan Penguasa Jawa di Balik Kisah Nyai Roro Kidul
Apabila melihat secara seksama tentang mitos Nyai Roro Kidul, maka kita dapat menjumpai beberapa hal, yaitu ;
1)      Nyai Roro Kidul berasal dari keluarga Raja Jawa
2)      Ia mempunyai Hubungan khusus dengan para Raja di Jawa (Hubungan Suami Istri, terkadang disimbolkan dengan hubungan seksual)
3)      Legenda Nyai Roro Kidul menimbulkan rasa hormat dan takzhim sekaligus takut dari para rakyat Jawa terhadap sosok Ratu.
4)      Berbagai Upacara yang ditujukan kepada Nyai Roro Kidul dilakukan oleh para Raja Jawa tempo dulu, dan sampai sekarang masih dipertahankan, dimana Kraton memiliki andil yang besar dalam mempertahankan kepercayaan terhadap hantu tersebut.

Karena fakta-fakta di atas, maka tak mengherankan apabila sebagian sejarawan banyak yang mengasosiasikan dengan kepentingan politik para raja Jawa tempo dulu. Salah satunya yang berpendapat demikian adalah seorang sastrawan besar, Pramoedya Ananta Toer, pengarang Tentralogi, “Bumi Manusia”. [13]
Legitimasi dukungan kekuatan magis begitu dibutuhkan oleh para penguasa masa silam. Masyarakat Jawa sendiri merupakan masyarakat yang akrab dengan mitologis. Mereka tidak hanya menghormati kraton, tetapi juga menanamkan keyakinan akan kesaktian para raja dan para pangeran, beserta para punggawa Kraton. Dengan kesaktian, mereka tidak hanya menebar ketakjuban, tetapi secara tidak langsung akan menanamkan sikap tunduk kepada para penguasa lokal mereka.
Tak hanya itu, para Raja Jawa juga sering membuat sanad-sanad, yang menghubungkan dirinya sebagai garis keturunan dewa Surya, tetapi di sanad lainnya mereka buat dengan menghubungkan dirinya dengan silsilah Nabi Muhammad Saw. Bahkan menurut sebagian mereka, raja mereka adalah “para habaib” (Para Keturunan Rasulullah Saw).[14] Dalam sejarah yang berkembang di Jawa sendiri, para raja sering menghubungkan dirinya dengan para raja yang pernah berkuasa tempo dulu. Bahkan dalam salah satu kampanye yang dibuat oleh seorang politisi asal Jawa di era Reformasi untuk maju dalam bursa pencalonan Bursa capres, Tim Suksesnya membuat silsilah yang menghubungkannya dengan Prabu Brawijaya V (raja terakhir dari Majapahit). Legitimasi kekuasaan lah yang mereka butuhkan, dan semua penguasa di dunia pun membutuhkannya, tentu dengan cara yang berbeda-beda.


[1] Muhammad Sholikhin ,Kanjeng Ratu Kidul Dalam Perspektif Islam Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2009), hlm. 120-121


[2] Ibid., hlm. 124
[3] Ibid., hlm. 178
[4] Ibid., hlm. 85-87
[5] Ibid., hlm. 88
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Sangkuriang_%28legenda%29
[7] http://www.angelfire.com/ma/changeunhye/batok.html
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Rara_Jonggrang

[9] Van Peursen, Strategi Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm. 41


[10] Muhammad Sholikhin ,Kanjeng Ratu Kidul, hlm. 187
[11] http://ronymedia.wordpress.com/2010/07/23/asal-nama-segitiga-bermuda/
[12] http://en.wikipedia.org/wiki/Bermuda_Triangle

[13] Budi Susanto, Membaca Postkolonialitas (di) Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 115

[14] Lih. Catatan Kaki dalam Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm. 76

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama