TEORI-TEORI DI BALIK MENDONGKRAKNYA SUARA PKB
Abahe Ramona
10.12
0
Pemilu 2014 menghasilkan kejutan-kejutan. Kejutan pertama datang dari PDIP. Meski mereka memenangi Pemilu tahun ini, tetapi jumlah 19% jauh dari target yang mereka inginkan, yaitu sebesar minimal 27%. Kejutan kedua, datang dari PKB. Berdasarkan beberapa hasil survey, perolehan suara partai ini tak lebih dari 4%, atau lebih rendah daripada pemilu tahun lalu. Tetapi, berdasarkan hitung cepat, Partai ini memperoleh suara lebih dari 9%. Banyak spekulasi yang berkembang atas mendongkraknya suara PKB, diantaranya yang paling terkenal adalah “Rhoma Effect”. Kehadiran Rhoma Irama beserta group Bandnya, dipercaya berhasil mendongkrak suara PKB, dari 4 ke 9 persen.
Menurut beberapa
teori yang sampai kepada kami, setidaknya ada 3 Teori kenapa suara PKB
terdongkrak dua kali lipat dari pemilu sebelumnya.
1. “Rhoma Effect”
Teori ini sangat dikenal sampai saat ini.
Rhoma sendiri dalam wawancaranya di TV-One tidak menolak secara tegas
pengaruhnya atas mendongkraknya suara PKB. Menurutnya, penggemarnya, membuat
kelompok-kelompok fans Rhoma atas inisiatifnya sendiri, yang menjaring dan ikut
andil dalam membesarkan PKB di beberapa daerah. Menurut kami, Efek Rhoma tidak
lah sebesar yang diperkirakan, karena Rhoma Irama sendiri, kurang akrab dengan
NU (massa simpatisan PKB).
2. “Maulid Effect”
Perlu diketahui,
sejak tahun 2008’an sampai sekarang ini, berkembang pesat perayaan-perayaan mauled
akbar yang digagas oleh para habaib (seperti habib Syech, almaghfurulah Habib
Munzir al Musawwa, dst). Sifat dari mauled ini netral politik. Tak ada acara dukungmendukung
partai/kepala pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Para habaib pemimpin mauled,
tidak tertarik untuk melirik salah satu partai, mereka berusaha bersikap
netral, dan menjadi “patron” terhadap para jama’ahnya yang sudah tentu simpatisan/kader
dari berbagai partai. Acara mauled sendiri hanya berisi pembacaan kitab mauled simtudduror
beserta qoshidah, dg sedikit taushiyah. Acara ini diminati, tidak hanya kaum
Nahdliyin, melainkan juga orang-orang di luar nahdliyin. Hal ini memicu
beberapa masjid mengadakan acara mauled, dan secara tidak langsung membangkitkan
identitas NU, di sisi lain menjaring jama’ah luar NU, masuk sebagai jama’ah
Nahdliyin. Fungsi lainnya adalah sebagai factor pendukung konsolidasi kaum nahdliyin. Bayangkan,
puluhan ribu para jama’ah sholawatan dari berbagai majlis sholawatan dan ta’mir
masjid, berkumpul di lapangan luas, dan di panggung utama terdapat banyak ulama/
tokoh berpengaruh NU duduk bersama-sama. Sebelumnya, acara mauled tidak
dilakukan sampai sebesar ini, kecuali hanya di pesantren atau masjid, dengan
jama’ah hanya puluhan. Pengaruh Perayaan Maulid ini tidak dapat diremehkan.
Yang pasti, dapat membangkitkan identitas Nahdliyah, di sisi lain dapat menjadi
factor kohesi kaum Nahdliyin.
3. “Gus Dur Effect”
Jika ada tokoh yang paling berpengaruh di NU,
maka orang tersebut adalah Gus Dur. Dinamika pemikiran Gus Dur bahkan turut
mempengaruhi dinamika pemikiran kaum muda nahdliyin. Perseteruan antara Cak
Imin dengan Gus Dur, membuat PKB mengalami penurunan drastic di Pemilu tahun
2009. Jadi, jika PKB saat ini mengalami kenaikan, dapat dianggap, bahwa hal ini
secara hakikinya, bukanlah kenaikan suara PKB, melainkan kembalinya suara PKB
di tahun 1999-2004. Faktor jarak waktu perseteruan Gus Dur vs Cak Imin, sudah
berlalu beberapa tahun yang lalu. Memori konflik tersebut tidaklah sekuat,
ketika masa Pemilu 2009.
Entah mana
diantara efek-efek di atas yang paling benar, yang jelas, masing-masing dari
efek di atas sangat berpengaruh dalam kenaikan suara PKB pemilu tahun 2014 ini,
terutama “Gus Dur Effect”.